Monthly Archives: December 2014

Bukankah kehidupan telah mengajarkan, bahwa kekurangan bukan untuk memangkas kasih sayang… tapi memupuk bijak dalam diri.Bukankah hening telah membisikkan, bahwa derita bukan untuk meniadakan cinta.. tapi meneguhkan jiwa. Bukankah pengetahuan itu membebaskan, bukan justru memenjarakan.

Saat melakukan pendakian, akan ada banyak orang yang kau temui. Mereka semua adalah teman yang baik. Tanpa kau minta, tawaran berbagi akan selalu mereka berikan. Mulai dari pertama kali kau menanjakkan kaki, hingga bermalam di kemah-kemah, sampai di turunan terakhir … Continue reading →

Manusia dan alam memang kolaborasi yang apik dalam cakupan semesta. Sayangnya, mereka terkadang saling menyakiti.Maka jangan menyalahkan alam jika ia murka, bukankah manusia yang diciptakan sebagai “khalifah” di muka bumi…

Sesuatu yang nafas manusia senantiasa rindukan di kolong langit manapunBukankah ia bernama “kedamaian”… Suatu senja di Lembah berkabut.  Talung, Taman Nasional Gunung Bawakaraeng.

Mungkin sebuah peristiwa yang biasa bagi kita, ketika seorang anak harus beranjak dari keluarga tempatnya berasal untuk menempuh pendidikan. Tapi taukah kau, sesuatu yang disebut Empty Nest Syndrome (Sindrom Sarang Kosong), sebuah kondisi psikologi yang dialami orang tua (terutama para … Continue reading →

Saat dini hari, tak sedikit dari kita yang masih terjaga. Berandai-andai tentang banyak hal, tentang impian yang belum tercapai, mungkin juga kenangan yang ingin diubah andai  bisa mengulangnya. Apa yang lebih menyenangkan dari berkhayal? Apapun yang belum kau miliki, alam … Continue reading →

Sudah tak terhitung berapa kali ia bercerita tentang hal itu. Tentang kesalahan sesorang di masa lalunya. Meski sudah begitu lama tapi aku salut pada kemampuannya mengingat setiap detil kenangan itu. Mari kutuntun kalian, dimulai dari malam yang dingin saat ia … Continue reading →

Malam itu, sudah pukul 00.00 lewat sedikit saat aku ingin pulang ke kos yang jaraknya sekitar 20 menit ditempuh dengan motor. Seorang teman (laki-laki) menawari untuk beriringan, meski rumahnya sedikit lebih duluan dari kosku dia bersedia menemaniku sampai ke kos. … Continue reading →

Mengapa buku? Sebab darinya kita belajar merawat dan menjaga. Memelihara satiap lembaran-lembarannya agar tetap utuh. Merapikan letaknya agar tak terpisah dari kawanannya. Belajar menghargai dari usaha mendapatkannya. Mengapa buku? Ia tak memerlukan upgrade ios terbaru atau jaringan tertentu untuk mendownload. … Continue reading →

 Maaf, empat huruf yang terlihat sederhana. Tapi punya makna yang sangat dalam. Pernahkah kau mengucapkannya? Maaf itu, pada siapa? Setiap dari kita tentu pernah melakukan kesalahan, sekecil apapun itu. Tapi apa kita menyadarinya? Itulah yang menjadi permasalahannya. Kita seringkali sulit … Continue reading →